LIONTIN
Awalnya
biasa saja saat ku temukan liontin berbentuk hati di sebuah rumah klasik kuno.
Tak ada yang istimewa saat menapaki rumah itu. Perlahan namun pasti, bulu
kudukku merinding. Semilir angin membuat hawa angker kian terasa. Mulai
memasuki rumah itu, aura mistis telah meghantui pikiranku. Suara reretan pintu
membuatku kaget. Khayalan tentang makhluk halus berhasil membuatku panik dan
ketakutan. Mencoba untuk menengok, siapa gerangan yang membuka pintu??? Namun
saat aku menggerakkan kepala, terasa begitu berat. Seperti ada yang
mengendalikan anggota tubuhku agar kaku.
“berani, gak?”
Sebuah suara yang
menggema di ruangan tak bertuan. Tak asing di telinga. Retno Dwika Putra. Ya,
dialah pemilik suara bass itu. Hufth….terima kasih Tuhan. Ternyata bukan
hantu . Batinku
“Berani dong!
Tantangan segini mah cetek” jawabku sambil menjentikkan jari.
“aku tunggu di luar,
ye….” Ucapnya
Di
sini, diruangan tak bertuan ini, aku sendiri. Memulai petualangan yang gila.
Tujuanku di sini untuk berburu benda-benda mistis. Namun berhubung aku masih
pemula, rasa takut tetap saja menghantui pikiranku. Hanya berbekal senter dan
lilin, selain itu tak ada lagi penerangan lain. Ku sorotkan senter ke setiap
sudut ruangan. Sentuhan lembut di tangan, membuatku ingin berlari menjauh dari
tempat ini. Ah…. Tapi apa daya. Menghindar sama saja kalah dari petualangan
ini. Tak sadar, sorotan senterku mengarah pada lemari tua yang sudah rusak dan
tak layak pakai. Segera ku berjalan mengarah pada lemari itu. Seribu pertanyaan
yang tak terjawab telah mengiringi langkahku. Sesampainya, ku buka perlahan.
Takut-takut ada batok kepala yang jatuh begitu saja akibat peperangan dulu.
“hmmm…..tak ada yang aneh. Eit…itu apa, ya???kotak kecil berwarna emas.” Saat
di buka, ternyata isinya liontin. “indah sekali. Kalau di jual lumayan nih” batinku.
“Aku
mengambil liontin itu bukan berarti aku pencuri, kan??? Lagian rumah ini tak
bertuan. “ saat aku hendak beranjak, tiba-tiba
“Emily….”
Bisikan lirih yang terdengar begitu jelas memanggil namaku. Aku berpikir itu
hanya halusinasi karena aku terlalu parno dan terlalu banyak menonton film-film
horror. Tetapi aku mendengar suara itu lagi dan lebih jelas dari yang tadi. aku
berlari sekencang-kencangnya. Melebihi kecepatan lari cheetah ataupun lion dan
sejenisnya. Dan pada akhirnya, aku menemukan jalan buntu. Aku lupa tak membuat
tanda agar aku bisa kembali ke tempat asal. Rumah ini terlalu luas.
Aku
panik dan ingin sekali menangis. Badanku lemas tak kuasa untuk berdiri. Aku
duduk tersungkuh dan hal yang bisa ku lakukan hanyalah menangis.
(Suara kursi goyang)” don’t you stole
my pendant, don’t you stole my pendant…!!!!!!…”suara wanita menangis, memohon
linontin jangan di curi. Suasana makin mencekam. Aku menelpon rekanku. Namun
sial!!! keberuntungan tak berpihak padaku.sinyal disini jelek sekali. cukup
mengertilah, ini kan rumah angker. aneh kalau sinyal bisa sampai ke sini.
Seakan-akan angin sengaja membuat
suasana makin mencekam. Tiba- tiba saja lilin yang aku bawa mati tertiup angin.
Suasana gelap, rasa takut kian menggebu-gebu di tambah semilir angin yang
begitu tajam menusuk kalbu. Riuhan suara yang begitu jelas. Seperti suara
benda-benda yang di benturkan ke tembok dan suara pecahan kaca yang mendengung
keras di telinga. Ku tutup mata dan kedua telingaku. Berharap semuanya akan
baik-baik saja.
Hening……..
Tak ada lagi riuhan suara yang aku tak
tahu di mana sumber suara itu berada. Aku bangkit, mencoba mencari pertolongan.
Hmm…mungkin terdengar aneh, mencari pertolongan di rumah angker. Bisa sajakan
tiba-tiba aku bertemu dengan pangeran tampan yang menolongku. Hmm….siapa
tahu????
Aku telusuri setiap sudut ruangan.
“Uhhh…..kotor sekali. Berapa lama, sih tempat ini tak berpenghuni.” Gerutuku.
Memang dasarnya rumah tua yang sudah tak terawat. Begitu banyak hewan di sini
seperti nyamuk, laba-laba, dan sejenisnya. Ingin berlibur ke kebun binatang
yang gratis, tinggal kunjungi saja tempat ini. Hubungi dokter jika anda mulai
merasa demam.
Sejauh ini tak ada yang menyeramkan.
Tak ku temui hal-hal mistis seperti boneka Annabel, jelangkung, dan benda-benda
mistis lainnya. “ hmm…berasa menjadi pemeran utama dalam film horror” umpatku
dalam hati. Namun, hanya sebentar aku menikmati kebebasanku dari makhluk halus.
Aku mendengar seperti ada orang yang sedang memainkan piano. Durasinya begitu
singkat, namun berhasil membuat bulu kudukku berdiri. Aku memang penakut, tapi
aku penasaran dengan hal-hal mistis. Aku mencari sumber suara piano itu. Argghh….susah.
ruangan ini begitu luas. bisikku
Bersambung…………